Kisah Kasih Seorang Ibu Yang Ingin Sesuatu Terbaik Untuk Anaknya
Seperti yang sudah sudah dan telah menjadi kebiasaan biasanya seorang pemuda itu ke tempat tidur pukul 11:00 malam, di luar jendela sana tampak hujan salju. Dengan kondisi yang begitu dingin pemuda itu menyusutkan diri di balik selimut, mengambil jam alarm, namun alarmnya tidak berfungsi, karena sudah saatnya ganti baterai baru dan ia lupa membelinya. Cuaca yang begitu dingin seperti itu, membuat ia malas untuk bangun lagi. Rasa malas membuat pemuda itu menelepon ibunya,“Bu, jam alarm saya belum diganti dengan baterai baru, sementara besok pagi saya harus ke kantor untuk rapat, dan saya harus bangun pagi, jadi, besok jam 6 pagi, ibu bangunkan saya ya melalui telepon.”
Suara ibu di ujung sana terdengar agak serak, mungkin sudah tertidur, kemudian terdengar ucapanya, “Ya, baiklah”. Saat telepon berdering, pemuda itu sedang bermimpi indah, langit di luar sana tampak gelap gulita. Sementara di seberang sana, ibu berkata, “Xiao-ju, ayo bangun, hari ini ada rapat.” Di saat pemuda itu melihat jam di pergelangan tangannya, baru jam lima pagi. Lalu dengan jengkel, ia berteriak, “Bukankah aku bilang jam enam pagi? Aku kan masih mau tidur beberapa saat lagi, tapi ibu ganggu!”
Tiba-tiba di seberang sana, ibunya terdiam, dan pemuda itupun menutup telepon.
Setelah bangun, diapun merapikan diri, dan siap berangkat ke kantor. Dingin sekali cuacanya, tampak hamparan salju di mana-mana. Di halte bis, pemuda itu terus menginjak kakinya saking dinginnya. Di sekeliling tampak gelap gulita, sementara di samping pemuda itu berdiri dua orang tua yang sudah senja. Pemuda itu mendengar si kakek berkata pada nenek itu, “Coba lihat kau, semalaman tidak tidur dengan nyenyak, waktu masih pagi juga kau mulai mendesakku, dan coba lihat sekarang harus menunggu begitu lama di sini.”
Ya, bis pertama baru akan tiba lima menit lagi. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya bis yang ditunggu-tunggu itu pun datang, pemuda itu bergegas naik ke atas bis. Supir bis adalah seorang pemuda tanggung, sang supir segera tancap gas setelah menunggu pemuda itu naik ke dalam bis. Setelah tancap gas pemuda itu berkata kepada sang sopir, “Hei, sopir, di bawah sana masih ada dua orang tua, cuaca begitu dingin, mereka sudah lama menunggu di sana, mengapa kau langsung tancap gas tidak menunggu mereka ?”
Dengan bangga pemuda tanggung itu berkata, “Tidak apa-apa, mereka itu ayah ibu saya. Hari ini adalah hari pertama saya menarik (sebagai supir) bis umum, mereka datang hanya sekadar melihat saya.”
Tiba-tiba mata pemuda itu berkaca-kaca dan meneteskan air mata, ia membaca pesan pendek dari ayah, “Nak, ibu bilang, ibu yang salah, ibu selalu tidak bisa tidur dengan nyenyak, sebenarnya sejak awal ibu sudah bangun, dan ibu khawatir kamu akan terlambat rapat.” Dan dengan keadaan sadar, pemuda itu teringat akan suatu pepatah yang berbunyi “Ketika ayah memberikan sesuatu untuk anaknya, sang anak pun tersenyum. Namun, ketika si anak memberikan sesuatu untuk ayahnya, sang ayah menangis.”
Jadi, apapun yang di lakukan oleh orang tua apalagi ibu kita itu semata mata hanya untuk anaknya semata. Orang tua pasti akan selalu menginginkan sebuah hal yang terbaik bagi anak anaknya. Emang terkadang kita sebagai anak merasa jengkel ketika ada perlakuan orang tua yang tidak kita inginkan. Tapi percayalah di balik kejengkelan itu tersimpan beribu kasih sayang yang di beri orang tua kita. Karena hanya merekalah yang paling mengerti kita di dunia ini.
like&share